Jumat, 23 November 2012

SOSIALISASIKAN 4 PILAR BANGSA

Hal yang tak pernah selesai untuk didiskusikan adalah apakah ada kaitannya antara negara dan agama. Indonesia yang merdeka tahun 1945 sampai ada hasil yang harus kita jalankan bersama yang dinamakan pancasila adalah sebuah goal atau finish yang tidak dapat di ganggu gugat lagi. Karakter negara yang bermacam-macam,berbeda-beda,dari sabang sampai merauke sudah sepatutnya disyukuri dan di hormati. Agama satu dengan lainnya bagaikan satu tubuh di hadapan NKRI. Mereka punya hak yang sama juga punya kewajiban yang sama pula.

Namun sangatlah ironi tatkala melihat saudara-saudara sebangsa dan setanah air saling adu kepentingan,saling bersaing,apalagi kalau sudah di kaitkan dengan persoalan agama untuk Indonesia. Perang agama sudah tidak asing lagi yang terus di gembor-gemborkan oleh sekelompok orang. Sangatlah naif tatkala satu perjuangan,satu kebutuhan,dan satu tujuan sudah saling mengahncurkan, yang tak lain membela agamanya masing-masing.

Hasil penelitian dari DPR RI bahwasanya 45% warga indonesia tidak tahu kebebasan beragama,umur <46 tahun sekitar 60.6% salah menyebutkan pancasila, umur 17-20 tahun 48.4% menyebutkan pancasila tidak lengkap. Bagaimana ia akan mencintai negaranya kalau sejarah pembentukan atau berdirinya negara saja tidak tahu. Begitulah kata Pramoedya Ananta Toer.

4 Pilar bangsa tersebut adalah :
a. Pancasila
b. NKRI
c. UUD 1945
d. Bhineka Tunggal Ika

Kesemuanya itu merupakan harga mati,harga yang tidak dapat di tawar lagi. Dan semuanya tersebut merupakan hasil musyawarah yang tidak sedikitpun mengecilkan salah satu golongan yang berada dalam wadah NKRI. Gus Dur pernah bilang bahwa :"yang sama jangan di beda-bedakan,yang beda jangan di sama-samakan" dan kecenderungan Indonesia hari ini adalah yang sama di beda-bedakan,yang beda di sama-samakan.

Sejarah adalah bentuk pembelajaran bagi perjuangan bangsa ke depan. Kita adalah orang Indonesia, berbangsa,dan bertanah air tanah air Indonesia. Berbeda agama, kita tetap satu tujuan. Berbeda bahasa,kita tetap satu tujuan. Berbeda suku,kita tetap satu tujuan. Menjadikan Indonesia adil,makmur dan sejahtera. Rakyatnya damai dan tentram. Tujuan Kita tidak berbenturan dengan perintah Tuhan,dan Tuhan kita berbeda. Menjadi agama besar tidak harus merendahkan agama lain.