Perjalanan itu rumit dan tidak ada hal yang menyenangkan. Namun, di lihat dari padangan manusia lain bahwasanya hal tersebut adalah sesuatu yang sangat menyenangkan. Sejak zaman Adam as ada di bumi, telah mencontohkan bagaimana seorang manusia bertindak. Terlihat saat pertengkaran antara Qabil dan Habil yang memperebutkan saudaranya sendiri yang penulis lihat hal ini adalah hukum alam dan dapat di usahakan.
Ketika para aktor politik sibuk untuk memperebutkan kekuasaan yang di hantamnya adalah saudaranya sendiri termasuk ayah dan ibunya. Begitu kejamnya politik bermain, yang penulis lihat di negara Indonesia ini bukan lagi figur pemimpin melainkan figur seorang penguasa. Bukan lagi perebutan kepemimpinan siapa yang lebih kapabel dalam menghadapi persoalan bangsa, melainkan siapa yang akan berkuasa selanjutnya untuk melanjutkan keresahan-keresahan bangsa.
Sebuah ironi yang menakjubkan lagi tatkala negara kaya SDM ini tercatat sebagai negara terkorup di dunia, bahkan termiskin. Pancasila sebagai ideologi negara tidak pernah mengajarkan untuk berbuat korup, apalagi menyuruh untuk miskin dan miskin hanyalah sebuah objek yang di hasilkan dari proses sistem yang memiskinkan secara struktural. Hanya ada satu kata "lawan!" untuk merubah sistem yang memiskinkan dan membodohkan. Barangsiapa yang mendukung sistem pemiskinan dan pembodohan secara struktural maka Ia layak untuk di lawan karena melawan suara Tuhan yang berarti melawan suara rakyat.
Revolusi kita adalah seumur hidup,
Pemuda harapan bangsa
bersemilah!!